Sulbar.com - Dua tahun Mamuju Tengah (Mateng) resmi menjadi sebuah kabupaten rupanya semakin membuat warganya merasakan pentingnya keterlibatan masyarakat secara langsung dalam mengontrol jalannya roda pemerintahan. Selama berjalan dua tahun tersebut berbagai ketimpangan pelayanan telah dirasakan warga.
”Padahal apa yang kurang di Mateng ini, semua potensi untuk menjadikan Mateng berkembang menjadi daerah maju ada, termasuk juga potensi permasalahan dan konflik jika tidak ditangani dengan baik,” kata Andi Samsul Alam, salah seorang pemuda mateng di Topoyo, beberapa waktu yang lalu.
Kata Samsul, wilayah kabuten Mateng merupakan sebuah daerah dengan penduduknya yang berasal dari beragam etnis. Sebagai daerah transmigrasi hampir seluruh suku di Indonesia kata Samsul ada di Mateng. Keberagaman etnis tersebut didukung oleh potensi kekayaan alam yang sangat besar termasuk keberadaan perusahaan-perusahaan besar yang bergerak dibidang perkebunan sawit.
Menurut Samsul, dengan kondisi tersebut, Mateng sangat rentan terhadap berbagai permasalahan sosial yang bahkan telah beberapa kali berujung pada persoalan konflik termasuk perebutan lahan baik antara sesama warga maupun antara warga dengan pihak perusahaan.
Berangkat dari kegelisahan tersebut, Samsul bersama sejumlah rekan-rekannya mengagas berdirinya sebuah organisasi lintas etnis yang salah satunya bertujuan untuk membuat sebuah kesepahaman dalam membangun Mateng dalam keberagaman tersebut.
”Namanya Forum Pemuda Mateng, organisasi ini sudah terbentuk dan sementara pemantapan kepengurusan serta pengurusan akta. Insya Allah dalam waktu dekat kita lakuan deklarisi. Di forum ini kita tidak membawa nama etnis tertentu, siapa saja bisa gabung sepanjang mematuhi AD-ART yang kita sepakati bersama. Di forum ini kita akan bersama-sama memberi apapun kontribusi yang bisa kita berikan untuk mendukung pembangunan dalam memajukan Mateng,” kata Samsul.
Selain itu kata Samsul, sebagai daerah baru, salah satu kekurangan yang selama ini dirasakan adalah keterbatasan pemerintah dalam menjangkau informasi yang akurat dalam melayani berbagai kebutuhan warganya.
”Amatan kita, salah satu hal yang selama ini menjadi sebuah permasahan adalah data yang tidak akurat,”
Contoh nyatanya kata Samsul adalah program bantuan rumah layak huni yang dikucurkan pemerintah. Yang terjadi kata Samsul, dalam memberikan bantuan tersebut sangat sering tidak tepat sasaran.
”Yang menrima jelas-jelas kehidupannya layak, sementara yang yang kehidupannya memang sangat memprihatinkan justru tidak mendapatkan bantuan, ini kan sebuah ironi,” sebut Samsul.
Koiri rekan Samsul menambahkan, keberadaan sebuah organisasi masyarakat seperti forum pemuda yang mereka bentuk tersebut diharapakan dapat membantu pemerintah dalam memberikan informasi dan masukan yang bertujuan untuk membangun.
Keberadaan organisasi pemuda yang direncanakan akan memiliki kepengurusan sampai ke tingkat desa tersebut juga diharapakan akan memudahakan memberikan informasi yang cepat dalam dalam berbagai permasalahan selain juga akan berperan sebagai pengontrol jalnnya pemerintahan.
”Kan sering sebuah bencana baru diketahui setelah beberapa hari terjadi, nah intunya kita ingin memberi dukungan kepada pemrintah selain tentu juga akan melakukan kritik pada hal-hal yang menyimpang,” kata Koiri.