Sulbar.com - Minggu, 24 Mei lalu, organisasi kepemudaan Densus 12 Paleo menggelar diskusi anak nelayan yang membahas pemberdayaan masyarakat nelayan di lingkungan Pangaliali, khususnya di desa Paleo Kabupaten Majene. "Untuk meningkatkan pendapatan hasil nelayan, dibutuhkan perberdayaan untuk terus mendukung dan merealisasikan apa yang menjadi kepentingan para nelayan di desa ini. Karena kita sama tahu, bahwa bekerja sebagai Nelayan tidak selamanya mendapat hasil yang sesuai dengan keinginan kita", Ujar Syamsuddin, Ketua Densus 12 Paleo.
Diskusi yang digelar Densus 12 Paleo itu merupakan tindak lanjut dari diskusi yang sebelumnya digelar bersama Abdul Wahab, SH, anggota DPRD Kabupaten Majene beberapa hari yang lalu. Dalam diskusi kala itu, AW sapaan akrab Abdul Wahab salah satu bakal calon wakil bupati Majene itu meminta kepada Densus 12 Paleo untuk lebih kreatif dalam mengeluarkan ide dan gagasannya demi kebaikan hidup.
"Sebagai kaum pemuda yang intelek, teman-teman harus tahu, faktor apa saja yang dapat mendongkrak pendapatan ikan bagi para nelayan. Ini butuh sentuhan dari teman-teman, karena saya yakin para pemuda ini pasti memiliki banyak ide, tentang masalah ini. Apalagi hal seperti ini tidak awam lagi dipikiran teman-teman, karena sebagian dari teman-teman adalah anak dari para nelayan", tutur AW bernada mengarahkan kala itu.
Merespon pertemuannya dengan AW itulah kemudian, Syamsuddin selaku ketua organisasi kepemudaan Densus 12 Paleo itu kembali menggelar diskusi anak nelayan yang menurutnya, perlu disikapi secara serius oleh para anak nelayan. Utamanya di tengah iklim musim yang kurang bersahabat seperti saat ini.
"Ditengah iklim yang kurang bersahabat seperti saat ini, para nelayan yang kewalahan dalam menangkap ikan dibuthkan uluran tangan dari para kaum intelek sebagai hubungan timbal balik. Termasuk pengadaan fasilitas nelayan. Terutama pembuatan rakit atau roppo", urai Syamsuddin.
Sebab, bagi Syamsuddin, pengadaan fasilitas tangkap itu merupakan alternatif yang bisa dijadikan dasar untuk mendorong para nelayan agar tetap melaut. "Tidak bisa dipungkiri, kebanyakan nelayan dari daerah kita ini, lebih memilih melaut didaerah lain. Jelas dalam transisi ini, nelayan memerlukan fasilitas semacam rakit sebagai alat untuk mengumpulkan ikan di lautan", sebut Syamsuddin.
Selain itu, Syamsuddin juga mengatakan, pengarahan juga sangat dibutuhkan oleh para pemuda nelayan agar mereka menjadi nelayan yang akan merusak ekosistem laut. "Misalnya pengeboman, menangkap ikan dengan menggunakan pukat harimau. Hal yang seperti inilah yang harus ditanamkan kepada para nelayan, agar dalam penangkapan ikan nelayan dapat paham dan lebih hati-hati untuk selalu menjaga kelestarian ekosistemm laut kita", tandas mahasiswa UNHAS, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan ini.