Sulbar.com - Penyu yang seharusnya dilindungi dan banyak ditemukan di pesisir Desa Buku Kecamatan Mapilli kini dikhawatirkan akan segera punah. Menyusul terusiknya habitat penyu-penyu oleh ulah oknum warga masyarakat yang ada di sekitar habitat penyu itu berkembang biak.
Ketua Kelompok Sadar Wisata Desa Buku (Pokdarwis), Suardi, S.IP kepada SulbarDOTcom, siang tadi di rumahnya menyebutkan, kini ada banyak penyu yang mati akibat dibunuh oleh oknum warga karena sering mengganggu jaring para nelayan.
"Banyak penyu yang harus mati akibat dibunuh oleh oknum warga karena dianggap mengganggu jaring-jaring nelayan.
Penyu di Desa Buku Kecamatan Mapilli cepat atau lambat akan segera punah, jika tidak segera ditangani secara serius," ujar Suardi dalam nada miris
Bahkan Suardi juga menengarai, selain penyu banyak dibunuh, tidak sedikit pula telur-telur penyu yang belakangan banyak dijual untuk keuntungan ekonomi.
"Ada juga yang menjadikan penyu tersebut sebagai lahan bisnis dengan cara menjual telurnya dengan kisaran harga Rp. 800, per telurnya. Telur-telur itu dijual di beberapa daerah seperti Kalimantan bahkan sampai ke Jakarta", urainya.
Suardi mengatakan, seekor penyu dapat menghasilkan sampai 132 butir telur. Dan di Pantai Buku ini biasanya terdapat sekitar dua ekor penyu yang bertelur. Hal itu berarti 264 calon regenerasi penyu yang harus pupus harapan untuk melangsungkan hidup karena bisnis jual telur penyu ini. Ternyata bisnis telur penyu ini tidak harus menunggu waktu yang lama karena transaksinya juga dilakukan di tempat dimana telur tersebut diperoleh.
Juga Ada Penyu Australia
Bukan hanya itu, masih menurut Suardi, habitat penyu di Desa Buku harus dipertahankan, karena bukan hanya penyu lokal yang ada di tempat ini, penyu Australia-pun terkadang muncul di permukaan pantai Buku itu.
"Ini yang amat kami sayangkan, sebab bukan hanya penyu lokal yang ada, tetapi penyu Australipun sering kami temukan. Sehingga kami sebagai pemuda sadar wisata Desa Buku sangat menyayangkan kejadian ini, oleh sebab itu, kini kami telah bersepakat untuk melakukan patroli setiap malamnya demi menjaga penyu dan telurnya agar aman dari oknum yang berniat negatif terhadapnya", urai Suardi.
Lebih jauh Suardi menyebutkan, patroli penyu yang dilakukan Pokdarwis, kini telah cukup membuahkan hasil yang menggembirakan. "Gerakan kami, alhamdulillah sudah cukup menggembirakan, karena sejak kami rajin berpatroli biasanya mulai pukul 11.00 hingga pukul 02.30 wita, ruang gerak oknum warga yang melakukan pencarian penyu kini mulai berkurang. Harapan kami ruang gerak penyu yang ada sudah kian aman dari ulah tangan oknum warga yang sering mengusik habitatnya", ungkapnya.
Harapannya kini tinggal satu, pemerintah juga ikut ambil bagian dalam upaya untuk menjaga dan melestarikan habitat penyu yang ada di pesisir Desa Buku itu. "Seharusnya pihak pemerintah juga ikut pro aktif saat mengetahui kondisi ini. Dan juga harus merespon cepat masalah ini, karena jika penanganannya lambat kelak bisa jadi akan mengakibatkan kepunahan terhadap kelangsungan hidup penyu yang semestinya dilindungi. Bahkan kami berharap pemerintah juga terlibat serius dalam mensosialisasikan dampak positif serta negatif juga memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga penyu. Karena penyu ini merupakan aset yang sangat berharga", tandas Suardi.