Sulbar.com - Tak kalah menyenangkan, ketika kita tinggal di sebuah perkampugan yang memiliki penduduk ramah, harmonisnya kehidupan yang dirasakan saat berinteraksi sesama warga masyarakat, sebut saja kampung kami, kampung sagu. Warga yang mayoritas petani dan nelayan ini, betul-betul haus akan sentuhan pemerintah, apalagi berhubungan dengan pengobatan gratis.
Tiba disuatu waktu, Selasa malam, masuklah pengumuman di perkampungan kami, yang disampaikan oleh pak Syamsuddin, salah seorang aparat yang memiliki nama tenar dikampung kami, beliau menyampaikan, bahwa ada surat pemeriksaan kesehatan gratis, terkhusus untuk ibu-ibu yang berumur diatas 40 tahun. Namun dalam penyampaiannya, bapak Syamsuddin lupa membawa surat edaran tersebut.
Dalam penyampaian tersebut, beliau sempat meminta maaf kepada ibu-ibu, karena tidak membawa suratnya, ia takut jangan sampai ibu-ibu menganggapnya bergurau saja. Ia berusaha meyakinkan para Ibu-Ibu untuk tetap percaya. Sampai-sampai, ia rela bersumpah di depan ibu-ibu tersebut. Namun ibu-ibu tak peduli, "mana mungkin Pak Syamsuddin berbohong", ibu-ibu bicara sambil meyakinkan diri.
Tak lupa Dalam penyampaian tersebut, Pak Syamsuddin menyampaikan pula bahwa, hari dan jam pemeriksaan yaitu Rabu, Jam 9 Pagi di Puskesmas, jelas saja, ibu - ibu sangatlah antusias mendengar pengumuman tersebut, mumpung gratis. Terlihat jelas wajah yang senang, gembira tampak di wajah ibu-ibu malam itu.
Sebelum meniggalkan tempat berlangsungnya pertemuan, pak RT dikampung kami sempat menyarankan kepada ibu-ibu, untuk ikut kerumah Pak Syamsuddin, yang tidaklah terlalu jauh dari tempat pertemuan, supaya lebih jelas, apa sebenarnya isi surat tersebut. Namun ibu-ibu bersikeras percaya seutuhnya dengan penjelasan Pak Syamsuddin
"Untuk apa kerumah Pak Syamsuddin, inikan sudah jelas, bahwa rabu, jam 9 kita diarahkan ke Puskesmas, ada pengobatan gratis disana, khusus untuk ibu- ibu yang berusia diatas 40 tahun", tutur ibu-ibu itu.
"Iya, saya tahu. tapi untuk lebih jelasnya, pemeriksaan itu untuk penyakit apa", timpal Pak RT.
"Pokoknya besok, langsung saja kepuskesmas," ujarnya ibu-ibu itu lagi.
Mendapatkan pernyataan itu, Pak RT pasrah saja.
Rabu Pagi, saya dibangunkan dengan suara ibu - ibu yang amat keras saling memanggil, untuk bersiap - siap kepuskesmas, "Wahida, siap-siapko, kita mau ke Puskesmas", terdengar suara tetangga memanggil tante saya. Betapa gemparnya kampung kami pada hari itu, dikarenakan suara dari ibu-ibu yang keras dan tak terarah.
Jam 9 pagi, saya menemani tante saya ke Puskesmas, dan langsung mengambilkannya nomor antrian. Nomor antrian tante saya adalah 14. Ibu-ibu yang ikut pemeriksaan berjumlah 21 orang. "Betapa ramainya Puskesmas pada hari ini," kataku membatin.
Pasien nomor urut 1 dipanggil, hampir sekitar 10 menit kami menunggu, akhirnya pasien yang pertamapun keluar.
"Bagaimana, pemeriksaannya bu", tanya saya kepada Ibu yang baru saja keluar itu.
"Wah, menyenangkan, kayak kembali muda lagi nak", urainya sumringah.
"Memang penyakit ibu apa", cecarku.
"Saya tak punya penyakit, alhamdulillah".
Kemudian, pasien nomor urut 2 sampai ke 4 selesai. Pemandangan yang berbeda dari wajah para ibu-ibu itu mulai tampak. Mereka mulai bercerita yang tidak menyenangkan, dari bibir ke bibir mereka menyebut-nyebut, "apa tidak salah ya, kok pemeriksaan kesehatan ini, terfokus pada bagian intim sih", kata ibu-ibu yang baru keluar. Ceritanya masih sama yang diperiksa hanya bagian intim dan perut, dan tidak ada yang terjangkit penyakit sama sekali.
Kemudian, pasien nomor urut 5 sampai 13 pun selesai, sebelum nomor 14 dipanggil, saya sempat memberi saran kepada tante, "coba telepon Pak Syamsuddin sebenarnya ini pemeriksaan apa", saran saya.
Belum sempat ditelepon, mendadak Pak Syamsuddin tampak di balik pintu Puskesmas itu. Dan dengan ligat menyampaikan kepada Ibu-ibu termasuk kepada saya dan tante saya, bahwa pemeriksaan itu adalah pemeriksaan kandungan yang tentu saja dilakukan oleh dokter ahli kandungan.
Dalam hati saya tertawa, pantas saja yang diperiksa itu hanyalah organ intim dan perut, ternyata pemeriksaan ini terkait dengan kandungan, namun yang paling masuk akal adalah ungkapan perasaan dari pasien nomor urut 1 tadi, bahwa pemeriksaan ini mengingatkannya ke masa mudanya. "Pak syamsuddin memang tak suka bohong", begitu batin saya sambil tergelak ngakak.