Sulbar.com - Perhatian pemerintah daerah (Pemda) terhadap pengembangan qori dan qoriah di daerah ini dinilai masih rendah. Padahal perhatian dan kesungguhan mengurusi qori dan qoriah adalah bentuk nyata mengurusi bidang keagamaan sebagaimana yang banyak disebutkan dalam visi misi pemerintahan di daerah ini. Begitu yang dituturkan oleh Ustadzah Dra. Hj. Nurhidayah Sulaiman kepada SulbarDOTcom yang bertandan ke rumahnya di Parappe Campalagian awal Juni lalu.
Nurhidayah yang pernah menyabet sebagai juara qoriah terbaik internasional ini menyebutkan, bentuk perhatian dari pemerintah masihlah minim. Itu ditunjukkan dengan tidak adanya perlakukan khusus atas dirinya dan mereka yang menggeluti dunia yang sama dengannya. Jauh berbeda dengan para juara di bidang olah raga.
"Coba lihat, kalau mereka yang terbaik dalam bidang olah raga selalu mendapatkan perhatian khusus dan sangat jauh berbeda dengan para qori dan qoriah yang berbakat. Bahkan yang terbaikpun kadangkala tidak secara serius diperhatikan", ujar Nurhidayah.
Ia mengatakan, mestinya pemerintah, utamanya pemerintah daerah juga memberikan perhatian khusus, "setidaknya diperlakukan setara dengan yang diperoleh oleh mereka yang berbakat dalam bidang olah raga", urainya.
Menurut ibu Raudhatul Jannah Hidayaturrahman yang juga qoriah terbaik tingkat anak-anak daerah ini, dirinya telah menggeluti dunia pembacaan alquran itu selama 35 tahun. Dan telah tercatat sebagai juara internasional. Pertama juara dua pada kompetisi qoriah internasional di Thailand pada tahun 1990 dan juara satu pada kompetesi internasional yang sama di Malaysia pada tahun 2004.
"Alhamdulillah berkat keseriusan kami, dari dua event internasional itu kami sempat mengharumkan nama negara kita ini. Dan kami meyakini betul, bahwa kami yang mengurusi al quran dan mengumandangkannya melalui berbagai event ini akan selalu dijaga dan diberikan perhatian oleh Tuhan. Tetapi kami inginkan juga, ada perhatian yang serius dari pemerintah. Karena kami tahu ini juga asalah satu tugas pemerintah", urainya dengan mimik serius.
Ia kemudian berceritera panjang lebar tentang sejarah dirinya menggeluti dunia pembacaan al quran ini. Mulai dari kompetisi nasional tingkat anak-anak pada tahun 1985 di Kalimantan Barat, kompetisi tingkat remaja di Bandar Lampung tahun 1988 dan kompetisi tingkat dewasa pada tahun 1990 di Kalimantan Tengah.
Dari ketiga komptisi itulah kemudian qoriah terbaik internasional kelahiran Polewali Mandar Sulawesi Barat ini, naik level menuju kompetisi tingkat internasional. Hebatnya pada dua kali kompetisi tingkat internasional itupun, dirinya kembali engukir prestasi terbaiknya.
Selain menjadi qoriah pada beberapa kompetisi yang diperlombakan, dirinyapun telah keliing dunia mengikuti undangan. "Syukur Alhamdulillah, saya beberapa kali juga ikuti pembacaan haflah tilawatil quran dan telah menginjakkan kaki ke beberapa negara di dunia berkat al quran ini. Jerman, Spanyol, Argentina, Turki hingga ke Afrika Selatanpun sudah kami datangi untuk mengaji bersama para qori dan qoriah terbaik dunia", urainya dalam nada santun dan merendah.
Saat ditemui SulbarDOTcom, Nurhidayah mengaku tiga bulan terakhir ini telah memilih pulang kampung dan tinggal di Parappe Campalagian, setelah sebelumnya ia berdomisili di Bogor. "Ia, ini adalah tanah kelahiran saya, disini saya lahir dan saya pulang kembali kesini bersama anak semata wayang saya. Insya Allah disini saya akan mencoba mengembangkan pelajaran membaca al quran ini. Bersama anak-anak dan mereka yang memang mau secara serius mendalami dunia qori dan qoriah ini", tuturnya mantap.
|