Sulbar.com - Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD-RI) asal Sulawesi Barat, KH. Muhammad Syibli Sahabuddin menjadi pembicara utama pada pengajian yang digelar di Desa Mapilli Kecamatan Luyo Kabupaten Polewali Mandar, 22 Agustus 2015 lalu.
Menariknya pengajian yang digelar tersebut lebih fokus diarahkan sebagai upaya untuk menyosialisasikan empat pilar kebangsaan. Tak heran pengajian yang digelar sekitar pukul 20.30 malam itu kemudian menjadi pengajian kebangsaan yang dalam materinya, Syibli menyebutkan, upaya menyosialisasikan empat pilar tersebut adalah tanggung jawab bersama semua pihak warga negara. "Terlebih empat pilar sebagai sebuah gagasan ideal yang dimaksudkan untuk mempersatukan kesadaran kita pada kemajemukan dalam bernegara," tutur Syibli dihadapan ratusan jamaah pengajian.
Syibli juga mengatakan, empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara yakni Pancasila, Undang-undang Dasar tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika merupakan suatu desain konsep yang harus di aplikasikan dalam kehidupan masyarakat demi tercapainya tujuan negara Indonesia.
Lebih jauh Syibli mengatakan, konspsi negara-agama itu dirumuskan KH Hasyim Asyari (Pendiri NU), "saya kira konsepsinya sudah jelas, yakni konsep ukhuwah Islamiyah yakni persaudaraan dalam satu agama, dan ukhuwah basyariah yakni persaudaraan dalam satu bangsa, serta ukhuwah wathoniyah atau persaudaraan dalam satu negara," tutur Syibli.
Syibli menyebutkan, ukhuwah wathoniyah mungkin lebih utama daripada lainnya. "Itu karena kita lahir, bertindak, bekerja, dan beribadah di atas Tanah Air ini. Tidak mungkin kita bisa beribadah kalau kita tidak memiliki Tanah Air, karena itu para ulama NU menyatakan cinta Tanah Air itu sebagian dari iman," tegasnya yang disambut takzim para jamaah malam itu.
Oleh karena itu, penting menurut Syibli, semua pihak menyadari bahwa ajaran Islam yang dikembangkan para ulama melalui organisasi kemasyarakatan seperti Nahdlatul Ulama (NU) yakni Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) itu kini menjadi perhatian dunia.
"Hal itu saya kira karena, konsepsi kita bernegara ini sudah dirumuskan baik, dan satu hal lagi adalah keniscayaan kita hari ini, utamanya ditengah tergerusnya nilai-nilai kebersamaan kita dalam memandang tujuan kita bernegara. Ingat, negara ini didirikan di atas keberagaman, maka tidak ada jalan lain kecuali memahami perbedaan sebagai rahmat, seraya menempatkan empat pilar sebagai pengikat kebersamaan kita dalam mencapai tujuan kita bersama untuk menjadi negara yang berkeadaban,” kata Syibli.
Dan negara yang berkeadaban dalam uraian Syibli tersebut, mensyaratkan adanya semangat bernegara dalam ideologi yang sama yakni memandang negara sebagai ruang bersama mencapai cita luhur yang sama, yakni kedamaian yang adil dan makmur.
"Nah, cita luhur inilah yang menjadi dasar pendirian negara ini. Sehingga kita harus sama bisa mengaplikasikan nilai-nilai yang ada dalam konsepsi empat pilar tersebut ke dalam kehidupan nyata kita. Sehingga kita menjadi negara yang berkeadaban dan kuat serta tidak terombang ambing oleh beragam ideologi transnasional yang belakang marak menyerbu kita dalam beragam bentuk dan medianya," tandas Syibli.
Sekedar diketahui, sosialisasi empat pilar tersebut sengaja digelar khusus menyasar para jamaah pengajian yang ada di pedalaman dan kelak diharapkan bisa menjadi vokal point yang bisa menjadi penyebar ide dan gagasan empat pilar tersebut ke semua segmen dan tingkatan masyarakat.
[yat/yat]
|