Sulbar.com - Setelah melewati poses panjang yang melibatkan enam komunitas dari Indonesia yakni Riau, Papua, Kajang Bulukumba, Komunitas Bissu Barru dan Mamasa serta Komunitas One dO Art Cultural, maka CIOFF Perwakilan Indonesia kemudian menetapkan Komunitas One dO Art Cultural sebagai peserta yang direkomendasikan mewakili Indonesia untuk mengikuti even akbar yang dimotori oleh CIOFF Dunia bekerjasama JKKN Malaysia.
Berdasar pada rekomendasi itulah, yang kemudian ditindaklanjuti dengan undangan dari pihak CIOFF Dunia bekerjasama JKKN Malaysia yang ditujukan kepada One dO Art Cultural untuk kemudian bertolak Malaysia. Tentu saja setelah semua syarat yang dilayangkan oleh panitia terpenuhi.
International Aborigenes and Indegenous Cultural Festival International (IAaICF) Malaysia 2015 atau Kesenian Orang Asli dan Pribumi Antar Bangsa 2015 menjadi pusat perhatian masyarakat Malaysia bahkan dunia karena memilki metode art cultural need the people atau kebudayaan lewat seni memburu publik.
Dua bentuk penyajian pertunjukan yang dibawakan oleh perwakilan Mandar Sulbar-Indonesia dibawah bendera One dO Art Cultural yang selain secara khusus mengusung pertunjukan musik eksplorasi calong yang bertitel Loalio dengan konsep pertunjukan procenium (panggung—red) juga mengusung kebudayaan Pallake yang berasal dari Beru-Beru Campalagian dengan konsep pertunjukan pentas arena sebagaimana permintaan panitia. Perlu diketahui, pertunjukan Kebudayaan Pallake yang mengikuti perhelatan akbar ini adalah terdiri dari pelaku asli tradisinya yang berasal dari Beru-Beru Campalgian.
Dalam catatan penulis bersama rombongan tiba di Kuala Lumpur Malaysia tepat saat kalender menujuk angka 21 bulan Oktober 2015. Asyiknya, kami disambut dengan keindahan dan eksotika Negeri Jiran yang kala itu tengah dilingkupi kabut asap.
Furama Bukit Bintang salah satu Hotel ternama menjadi tempat pertama singgah sekaligus kamar Istirahat selama satu pekan di Kota Menara Kembar ini, penulis langsung melakukan meeting dengan beberapa peserta dari berbagai Negara diantaranya, Canada, New Zealand, China, Ghana, Fhilipines , Indonesia, Thailand, dan Malaysia, sementara Argentina.
Pallake dari Beru-Beru Campalagian
Besoknya, tanggal 22 Oktober tepat pukul 05.00, semua peserta bersiap menuju dua pusat perbelanjaan KLIA dan Sogo keduanya di Kuala Lumpur para pementas bergantian melakukan pertunjukan dari pukul 11.00 hingga 17.00 dan dimomentum inilah kebudayaan Pallake yang berasal dari Beru-Beru Campalagian Indonesia itu mementaskan karya kesenian tradisional yang berceritera tentang menyatunya Pitu Ulunna Salu dan Pitu Baqbana Binanga (tujuh kerajaan diwilayah pegunungan dan tujuh kerajaan diwilayah pesisir Sulawesi Barat).
Tanggal 23 Oktober, One dO Art Cultural mengusung pertunjukan musik eksplorasi calong yang bertitel Loalio di Taman Tasik Titiwangsa Lake Garden. Menariknya para audiens tampak tercengang dan sesekali terdiam tanda kagum oleh pertunjukan yang amat sangat atraktif dari Indonesia tersebut. Usai pentas, rombongan bukannya istirahat, tetapi yang ada justru, tenaga dikuras habis untuk kembali melakukan general repetition untuk persiapan pertunjukan tanggal 24 Oktober keesokan harinya.
Dahsyatnya, Indonesia kembali memperlihatkan profesionalisme kesenimanannya, sebab selain mengusung pertunjukan musik eksplorasi calong yang bertitel Loalio juga secara kolaboratif menampilkan Panganda’ yang merupakan item atau bagian dari paket pertunjukan Pallake.
Anehnya, pada pertunjukan hari keempat tersebut durasi yang disediakan oleh panitia juga hanya empat menit dan Mandar Indonesia juga menjadi penampil yang naik pentas pada urutan yang keempat. Tak pelak, decak kagumpun kembali menjadi pemandangan yang dijumpai pada mimik hampir semua penonton. Tidak terkecuali, Kementrian Kebudayaan Malaysia, Presiden CIOFF, Presiden JKKN yang secara khusus menyempatkan diri hadir dan menonton pertunjukan bersama Masyarakat Malaysia. Terlebih setelah Pallake dan Calong seakan menjadi sesuatu yang baru dihadapan masyarakat penikmat kesenian dunia. Menjadi penanda betapa kayanya bangsa Indonesia ini dengan beragam varian tradisi dan keseniannya.
Nurbaeti Orang dan Sutera Mandar
Usai pentas, sarung sutra asal Mandar yang berciri kotak-kotakpun secara khusus diserahkan oleh penulis, kepada Menteri Kebudayaan yang mewakili Perdana Menteri Malaysia, membuat utusan Indonesia semakin percaya diri dalam upaya mengangkat harkat dan martabat spirit Appe Banua Kaiyyang dari Mandar lewat even besar di kancah Internasional mewakili Indonesia.
Hampir tidak ada jedah istirahat dalam kegiatan ini, sebab tim kembali harus terbangun pada pukul 4.30 dini hari pada tanggal 25 Oktober untuk melakukan pentas keliling yang salah satunya memilih veniuw di pasar seni Kuala Lumpur. Dan dilokasi ke dua inilah, penulis bersama Ketua Umum One dO, Ulfi Mahendra dipertemukan dengan Nurbaeti yang ternyata berdarah Mandar Sulawesi Barat. Hal itu diketuhui kemudian, setelah sebelumnya penulis bersama Ulfi Mahendra sambil jalan menggunakan bahasa Mandar. Nurbaeti yang mendengar percakapan penulis itu, kemudian mendadak menyapa penulis dengan menggunakan bahasa Mandar yang pasih pula. Percakapan dengan Ibu Nurbaeti pun kemudian berjalan lancar dalam dealek Baruga Majene yang amat kental.
Sesuai pengakuannya Nurbaeti, hingga kini keluarganya masih setia menggunakan bahasa Mandar kendati mereka telah begitu lama bermukim di Malaysia bersama anak dan suaminya yang berasal dari Bugis. Nurbaetia bahagia kamipun demikian. Sekembalinya penulis ke Hotel bersama rombongan, kemudian melakukan evaluasi internal dan menyusun persiapan untuk keesokan paginya.
Negeri Jiran sebuah negeri yang mempertahankan kemelayuannya, kota yang banyak diminati wisatawan, yang mungkin karena pemerintahnya begitu terbuka untuk semua negara, sehingga tidak heran jika bangsa Banglades, Pakistan, India, China, bahkan Eropa ingin bermukim disana, mungkin karena hari itu, bertepatan dengan putaran kedua Motor GP 2015, sehingg para turis asing melenggang bebas, atau mungkin karena Cassino de Genteng yang terkenal dengan perputaran uang panas, atau mungkin karena wilayahnya sempit sehingga masyaraktnya muda diatur. Entahlah.
Senin 26 oktober penulis bersama rombongan kemudian berwisata ke Malaka dengan lama tempuh sekitar dua jam dua puluh menit dari Kuala Lumpur. Sebuah kota sejarah antara Sumatera dan Malaysia, yang disatukan oleh tokoh yang berdarah Indonesia atau lebih dikenal sebutan Hang Tuah yang memiliki lima orang anak yang gagah berani. Demikian tercatat dalam kamus penting tentang peradaban Bangsa Melayu. Tak heran, jika pemerintah Malaysia menjadikan Hang Tua sebagai Tuan di Malaka dan dibuatkan museum berbentuk rumah adat yang secara khusus menceritakan tentang sejarah Hang Tua. Wisata ini sangat berarti, karena selain peserta Internasional dijamu makan siang di Rumah Malaka, rombongan juga secara khusus dijemput dengan acara ritual dan hiburan dengan berbagai macam tarian hingga tarian khas Selayang Pandang.
Kedisiplinan
Tentu saja catatan perjalanan ini adalah cerita dan pengalaman tersendiri bagi Komunitas One dO, setidaknya sebagai pembelajaran tentang bagaimana menghargai waktu dan menjaga kedisiplinan dalam apapun pada setiap event yang berskala Internasional. Termasuk tentang bagaimana berbagi pengalaman dengan orang-orang baru di kehidupan mereka sebagai peserta di lingkungan CIOFF dan kebudayaan dunia.
Akhirnya, Selasa 27 Oktober rombongan Mandar Sulawesi Barat-Indonesia pulang lebih awal, yakni sekitar pukul empat waktu Kuala Lumpur dan juga tiba Mandar pada subuh hari tanggal 28 Oktober. Selain pengalaman dan cerita dan catatan panjang perjalanan, tentu saja ada lelah, namun semuanya kontan terbayarkan ketika kita menjadi orang yang mengenal dunia bukan karena haus akan dunia.
Alhasil, secara pribadi dan komunitas penulis menghaturkan terima kasih kepada Allah Swt, Rasulullah Muhammad berserta keluarga dan para sahabatnya, para pelaku tradisi, masyarakat Sulawesi Barat, Amar Aprizal CIOFF Indonesia, Sulawesi Barat, Dinas Pemuda, Olah Raga dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Barat, Syamsul Samad, Ketua Komisi I DPRD Sulawesi Barat, H. Syamsul Mahmud yang membantu penulis dan rombongan dari awal saat memulai Proses, Sanggar Layonga Mandar, Dinas Pendidikan dan olah Raga Kabupaeten Polewali Mandar, Kepala Kantor Imigrasi beserta Staf Polman, Kasmawati, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Polewali Mandar, Armin Travel serta segenap tim Yulianty Tahir, Sitti Nuraisya, Muh. Aslam, Muhammad Ulfi Mahendra, Didi Sulaiman, Hamma Asin, Mustari Camanda, Sipaami Camanda, Darmawan, Adnan Kadir dan Munir Tendeng terima kasih untuk semuanya.
|