Sulbar.com - Rabu Malam Tanggal 12 Nofember 2015 lalu. Suasana haru sempat menyelimuti pelantikan GP Ansor Polewali Mandar (Polman) masa khidmat 2015-2019. Bagaimana tidak acara yang sempat molor beberap jam akibat hujan tiba-tiba meluruh.
Namun hujan tidak sampai mematahkan semangat untuk melaksanakan acara yang sesuai perencanaan awal, akan dihelat out dor di pelataran Gedung Gadis. Mengingat hujan malam itu cukup deras. Maka acara kemudian dialihkan ke Masjid Agung Syuhadah.
Penulis memaknai hujan adalah isyarat dari langit agar acara pelantikan GP Ansor Polman dilaksanakan di masjid. Karena masjid dalam tafsir penulis, tidak hanya sebagai tempat suci dalam melakukan ritual keagamaan, melainkan sebagai titik sentral dalam melakukan gerakan penyadaran yang lebih membumi.
Hal itu sejalan pandangan Sudirman Ketua Wilayah GP Ansor Sulawesi Barat dalam sambutannya yang sempat memberikan ultimatum kepada pengurus PC Ansor Polman, agar seluruh kader GP Ansor segera kembali ke masjid. Bukan malah menjauhi masjid.
“Jangan sampai orang yang sering melakukan praktek menyimpang atas nama agama mengusai masjid. Jika itu terjadi, kader GP Ansor Polman harus bersikap dengan tegas,” seru Sudirman AZ dihadapan Natsir Rahmat Wakil Bupati Polman, KH. Sybli Sahabuddin Mantan Ketua Tanfiziah Nahdlatul Ulama (NU) Sulbar, Muh Arsyad, Ketua Tanfiziah NU Polman, Amiruddin Wakil Ketua DPRD Polman, Harianto Ogi Wakil Ketua GP Ansor Pusat, Mas,ud Saleh Wakil Sekjen GP Ansor Pusat dan Isra Pramulya Sekertaris Umum Partai Gerindra Sulbar.
Disadari atau tidak, pengurus GP Ansor Polman sebelumnya boleh dikatakan sempat mati suri. Tidak seaktif pengurus GP Ansor yang sekarang. Di bawah kepemimpinan Busyrah, yang dipahami, sebagai kader muda yang karib dengan iklim kehidupan pesantren. Meski belakangan, lebih banyak dikenal sebagai kaum akademisi di Universitas Al Asyariah Mandar.
Latar belakang kepemimpinan Busyrah bagi penulis, akan dapat memacu semangat segenap kader GP Ansor Polman untuk mengintensifkan konsolidasi dan kaderisasi ditingkat pengurus anak cabang. Tentu saja diawali dengan perumusan strategi gerakan GP Ansor Polman agar dapat berpijak digaris kebenaran lewat bimbingan, doa dan berkah para ulama.
Karena kehadiran GP Ansor bukan sekedar sebagai institusi kepemudaan yang melulu mengurusi kaderisasi, tetapi yang jauh lebih penting GP Ansor tampil sebagai benteng bagi para ulama. Dari itu GP Ansor Polman sedianya dapat mempekuat kapasitas segenap kadernya, agar dapat memposisikan diri sebagai mitra strategis pemerintah.
Mengawal dan memberikan masukan, bahkan kritikan kepada Pemkab Polman selaku penentu kebijkan dalam menjalankan program yang senantiasa dimuarakan pada kesejahteraan masyarakat di tanah Tipalayo.
Hal tersebut, tidak mustahil dilakukan jika dilihat dari latar belakang para pengurus GP Ansor Polman yang cukup beragam. Keragaman yang sedianya dapat membawa warna tersendiri dalam melahirkan dan memperkaya gagasan dalam merajut kembali jaringan kepemudaan GP Ansor Polman lalu yang sempat mengalami kefakuman.
Ungkapan familiar Raden Ajeng Kartini yang dipilih penulis sebagai judul tulisan ini, semoga dapat dimaknai sebagai ikhtiar bersama para sahabat pengurus GP Ansor Polman untuk dapat menjadi terang dalam gelap.
|