"Usurung mallete lembong Matindo manu-manu Maq ayumai Dalle pole dipuang." Walau harus menyeberangi lautan Tidur laksana burung
Demi berikhtiar/berusaha Rezeki dari Yang Maha Kuasa
Minggu, 13 Desember 2015 09:51:08 | Dibaca : 1297 kali
Sulbar.com - Banyak orang tangguh akhirnya tersungkur dengan lelehan air mata sewaktu berhadapan dengan kenangan. Seperti kenangan tentang orang terkasih sewaktu makan bersama di meja makan yang terasa kurang afdal tanpa kehadiran cobek.
Cobek laksana publik figur yang karirnya tak pernah meredup. Terus menyapa penggemar. Tidak butuh bahasa bombastis ala media. Terlebih kasus murahan khas infotaimen untuk melambungkan popularitasnya.
Cobek cukup hadir membawa kesahajaan dengan rasa yang otentik. Meski bukan pemeran utama, tapi tidak dapat dinilai sebagai pemeran pembantu. Cobek seolah bintang meja makan yang ketenarannya tidak lagi butuh definisi. Mungkin definisi tenar bagi cobek adalah ikatan membelenggu.
Bisa jadi itu sebab, hinggga cobek tetap memiliki tempat istimewa di hati para penggemarnya. Rasakan ketika cobek dengan lincah dan lindap bergoyang riang menundukkan segenap indera penyecap. Begitu piawai memainkan sensasi disetiap sentuhan lidah dan terkadang dengan cantik, berhasil mengguncang kekakuan drama picisan meja makan.
Kehadiran cobek begitu dinanti, dan tidak jarang dielu-elukan karena selalu sukses menebak serta sanggup menundukkan segala selera. Begitu tirai panggung dibuka. Sorot mata penikmat menyapu permukaan meja makan. Gemerlap lampu panggung terus menyorot menu utama.
Cobek malah bersetia hadir di pojok paling remang meja makan. Riuh tepuk tangan yang menyambut kemunculan cobek memang tidak semeriah ketika menyambut menu utama. Tapi cobek malah terlihat bersahaja menunggu detik, di mana kita usai melahap semua menu utama, sampai menyembul rasa yang kurang.
Rasa yang ganjil di lidah. Rasa yang begitu digirangi. Rasa yang sebenarnya begitu karib di lidah. Rasa yang kembali mengalirkan kenangan tentang sesuatu yang istimewa namun jarang disebut. Rasa yang biasanya membuat gemerlap panggung hambar tanpa kehadirannya.
Sejenak teringat seruan Budayawan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) di depan ribuan jamaahnya agar senantiasa memfadilahkan surah Al Fatihah kepada resi penemu resep dan segenap pembuat cobek. Jangan-jangan cobek adalah "sesuatu" yang teramat vital dalam kehidupan, namun kehadirannya terkadang diingkari. Bisa jadi.
Tentang Penulis
Nama :
ABDUL MUTTALIB
Selain aktif sebagai awak redaksi SulbarDOTcom, dirinya juga bergiat di Teater Flamboyant
Situs ini merupakan situs berita online independen seputar wilayah Sulawesi Barat This site is an independent online news sites around the area of West Sulawesi