Sulbar.com - Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Kabah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Kabah, Ibu dan anak itu berdoa, "Ya Allah, ampuni semua dosa Ibu," kata Uwais. Bagaimana dengan dosamu ?" tanya Ibunya heran. Uwais menjawab. " Dengan terampuninya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho Ibu yang akan membawa aku ke surga.
Begitulah sepenggal kisah Uwais Al Qarni yang redaksi Sulbar.com kutip dari akun cerita para wali di jejaring sosial face book. Perjalanan kisah seorang anak yang begitu menyayangi ibunya yang dapat dijadikan kisah teladan dalam memaknai Hari Ibu yang diperingati pada hari ini, Selasa 22 Desember 2015.
Ya, siapapun akan berucap bahwa hari ibu adalah hari yang sangat spesial. Andai sejuta cinta dipertukarkan dengan kecintaan seorang ibu terhadap anaknya. Maka sejuta cinta itu takkan berarti apa-apa. Semua nisbi. Karena kecintaan seorang Ibu tak ada batasnya. Sehingga seorang Wali yang sangat dicintai oleh Allah sekelas Uwais Al Qarni pun hanya membutuhkan ridho Ibu untuk mengantarnya kembali kepada Allah Azza Wajalla.
Pun, karena spirit cinta Ibulah yang menginspirasi sejumlah mahasiswi di kampus biru Universitas Al-Asyariah Mandar (Unasman) untuk berbagi ucapan ke teman-teman kuliahnya demi mengingatkan bahwa selasa tadi adalah hari yang sangat sakral dan bermakna karena diperingati sebagai Hari Ibu. Pagi sekitar pukul 09.00 tiga orang mahasiswi Fakultas Agama Islam (FAI) mendatangi sekretariat BEM FAI Unasman untuk mengucapkan Selamat Hari Ibu. "Selamat Hari Ibu kak, Selamat Hari Ibu kak, " ucap Meibi, Ani dan Fadila kepada SulbarDOTcom yang kebetulan sedang ngalor ngidul dengan beberapa mahasiswa disitu.
Memang sejak senin (21/12) nuansa hari ibu sudah mulai terasa. Sehingga untuk menyambut nuansa itu Sulbar.com kemudian mencoba merekam berbagai komentar dari sejumlah kalangan, salah satunya komentar dari seorang mahasiswi yang tak luput menuliskan sebuah kesan tentang Ibunda tercintanya.
Fitriani Syarifuddin misalnya, mahasiswi Ilmu Pemerintahan STISIP BIGES Polman. Bagi perempuan yang karib disapa oleh teman-temannya dengan sapaan Itty ini. Baginya, ibu adalah sosok bidadari tak bersayap. Sosok yang selalu membalutinya buliran ikhlas kasih sayang. Tak pernah berharap imbalan apa pun dari anak-anaknya.
"Ibu, sosok tercantik yang pernah kumiliki. Beliau yang tanpa pamrih dengan kelembutan dan kasih sayangnya, dengan kesabaran dan peluhnya, telah menjadikanku seperti sekarang ini. Marahku padanya tak pernah menjadi alasan untuk dia membenciku, tak secuil pun benci. Sorot matanya adalah kasih sayang. Meski terkadang senyumnya menanggung derita. Dialah bidadari, bidadariku tanpa sayap," tulis Fitriani saat mengirimkan Short Message Service (SMS) ke Sulbar.com senin sore kemarin.
Pendapat serupa datang dari Muharmina, mahasiswi Bahasa Indonesia FKIP Unasman. Perempuan kelahiran Matangnga yang berkecimpung di Padepokan Sastra Empu Tantular ini menulis komentar di face book tentang makna hari Ibu bagi dirinya. Bahwa Hari Ibu adalah hari untuk merenungi perjuangan Ibu dengan senantiasa mendoakan dan berharap kesehatannya dijaga oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
"Hari ibu adalah medan perenungan bahwa betapa besar perjuangan seorang Ibu yang melahirkan, menyusui, merawat dan membesarkan anak-anaknya, oleh karena itu kita mesti mengirimkan suratul Fatiha kepadanya," tulis Muharmina.
|