Sulbar.com - Innalillahi Wa Inna Ilayhi Rojiun. Kata itu selalu menjadi kata paling sakral pula mistik dan selalu menyadarkan betapa, segenap yang hayati di kehidupan, kelak akan bergerak kepada kehidupan yang lebih abadi. Dari-Nya dan akan Kepada-NYA.
Demikian kira-kira makna yang tertulis dibeberapa rangkaian ungkapan turut berduka dan berbelasungkawa di pinggir kanan kiri jalan di Pangaliali Majene, selepas Mahbub Amiruddin atau yang lebih karib disapa Abu menghembuskan nafas terakhir di RSUD Majene.
Ia yang berpamit pada dini hari, 2 Januari 2015 yang dingin setelah didera sakit paru yang membuatnya bolak balik keluar masuk Rumah Sakit. Dan sesuai rencana, siang ini (3/1), Abu akan dimakamkan di Pekuburan Islam Saleppa Majene.
Tak pelak, berjubel pelayatpun mendatangi rumah duka tempat Abu disemayamkan yang berada tepat dipinggir jalan Pangaliali itu. Dalam banyak ucapan, jelas terbaca betapa Abu adalah pemuda yang begitu getol bekerja demi kebaikan masyarakat. Dan pilihan jalur perjuangan hidup yang Ia tempuh adalah sebagai jurnalis, yang tidak saja mencatat tetapi lebih jauh dari itu, Ia adalah seorang penulis piawai yang bagi banyak kalangan dikenal tajam dan analitik dalam memontase kenyataan setiap peristiwa ke atas media.
Sehingga tak heran begitu banyak kalangan yang tampak hadir melayat, yang dalam pantauan SulbarDOTcom malam tadi, tak sedikit para politisi, birokrat, aktivis, rekan jurnalisnya, serta tokoh pemuda yang juga berada dalam garis perjuangan yang sama dengan tampak hadir dengan menundukkan kepala, seakan tak begitu mempercayai kenyataan Abu yang kini telah terbaring kaku.
Sabar dan Ulet
Salah satu tokoh pemuda Kabupaten Majene, bahkan Sulbar Amril Salam yang juga hadir malam tadi di rumah duka kepada media ini mengatakan, dirinya hingga malam tadi seakan belum begitu percaya terhadap kenyataan Abu yang telah berpulang.
"Saya seakan belum begitu percaya dengan ini semua, tersebab dalam hari-hari terakhir ini, Abu begitu intens berkomunikasi dengan saya melali ponsel dan mendiskusikan banyak ihwal," tutur Amo sapaan karib Amril Salam dengan mata tampak berkaca-kaca.
Amo mengatakan, Abu adalah sosok yang begitu telaten menggeluti setiap urusan, tak terkecuali mengurusi orang lain yang membutuhkan bantuannya. Dan itu jelas sekali terlihat tatkala Abu menjabat sebagai Ketua di generasi kedua Ikatan Mahasiswa Mandar Majene Indonesia (IM31) di Makassar.
"Abu amat serius mengurusi adik-adiknya bahkan siapapun warga Majene yang datang ke Makassar untuk suatu urusan, terlebih lagi jika itu menyangkut urusan kuliah. Maka Abulah orang yang paling pertama akan mengurus dan mengawal setiap adik-adik kami yang hendak berkuliah di Makassar, termasuk dengan menggelar semacam bimbingan belajar bagi mahasiswa yang hendak kuliah di Makassar," tutur Amo.
Hebatnya, masih menurut Amo, Abu orang yang tidak pernah mengeluh dengan derita yang diidapnya, terbukti pada beberapa kali pertemuannya dengan Abu tidak pernah sekalipun dirinya tampak sebagai orang yang tengah mengidap sakit.
"Yang ada adalah kami menduksikan banyak hal termasuk keinginannya untuk membangun media cetak Bannang Pute dibawah Yayasan Media Institute. Padahal ketika ia sudah menderita sakit, bahkan media online Arajang.com yang ia kelolapun menjadi satu-satunya media yang terakhir dikelolanya dan amat kencang updatingnya," ujar Amo.
Bahkan menurut Amo, saat Abu masih tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi Unhas Angkatan 99 ini, sangat sering rela meminjamkan sepeda motornya kepada adik-adiknya untuk urusan kuliah. "Itu yang selalu saya ingat dari Abu, tidak jarang sepeda motor miliknyapun sering tidak dia gunakan selama berminggu-minggu hanya lantaran dipakai adik-adiknya untuk urusan kuliah dan untuk itu, Abu merelakan saja. Padahal dirinya juga butuh sepeda motor untuk dipakainya," urai Amo.
Musisi dan Minta Dipijit
Selain itu, masih menurut Amo, dimatanya Abu adalah seorang musisi, yang begitu gandrung bermain musik, dan untuk urusan kegandrungannya yang satu ini, Abu tidak jarang sengaja membawa adik-adiknya yang dari Majene ke Makassar untuk ikut latihan bersama di Makassar.
"Selain mahasiswa yang memegang teguh idealismenya saat masih berkuliah, Abu dimata saya juga adalah seorang jurnalis serta musisi yang hebat dan penabuh drum yang piawai. Dan itu tidak terlalu banyak yang tahu kini. Padahal Abu itu adalah drummer yang hebat. Bahkan kini mungkin dia masih menyimpan baik drum kesayangannya," ujar Amo lagi.
Senada dengan itu, Mastempawan Hadi, juga tokoh pemuda Majene kepada media ini malam tadi mengatakan, hari-hari terakhir pertemuannya dengan Abu membawa kesan tersendiri, itu terkait dengan kegetolan Abu yang belakangan banyak mendiskusikan tentang nilai-nilai ketuhanan.
"Abu bagi saya adalah pemuda baik yang begitu serius memilih hidupnya sebagai jurnalis. Diskusi saya dengannya tatkala saya mendatanginya di rumah sakit, selalu terkait dengan diskusi-diskusi tentang ketuhanan. Saya melihat Abu amat butuh ditemani di hari-hari terakhirnya untuk mendiskusikan banyak ihwal. Terakhir ini yang paling saya ingat dan sedikit agak aneh, saya diminta untuk memijat hanya ibu jarinya. Dan itu sesaat sebelum saya pamit meninggalkannya di rumah sakit. Paginya saya baru tahu bahwa ternyata itupulalah pertemuan terakhir saya dengannya," tutur Endeng sapaan karib Mastempawan Hadi.
Sekedar diketahui, Abu yang berpulang dalam status sebagai pria lajang ini lahir 17 Juli 1981 dan setamat kuliah, tercatat pernah bekerja sebagai jurnalis di Harian Radar Sulbar dan juga jurnalis di Jawa Pos News Network (JPNN) di Jakarta. Terakhir sebagai pengelola Arajang.com di Mamuju Sulawesi Barat.
[yat/yat]
|