Mengawal gagasan, peristiwa dan informasi Sulawesi Barat [ Beranda ] [ Tentang : Sulbar ] [ Hubungi Kami ] [ Menulislah disini ! ] [ Pedoman Pemberitaan ] [ Maps ]

SulbarDOTcom
Kalindaqdaq (Pantun Mandar) :

"Tania passobal Muaq mappelinoi Lembong di tiaq Mipatada di pottanaq."
Bukan awak perahu Bila menunggu tenangnya ombak, redanya badai Sebab ombaklah Yang membawa hingga dapat tiba di daratan

KOLOM
Hujan
SulbarDOTcom - Hujan


 Penulis
: ABDUL MUTTALIB
 Minggu, 29 Mei 2016 10:12:06  | Dibaca : 93395 kali
 
Sulbar.com - Sudah beberapa hari ini saya menunggumu di sini. Di bawah rindang pohon akasia tua. Kulit pohon yang mulai terlihat terkelupas. Mungkin di mamah usia. Mungkin dikunyah rayap. Saya menunggumu.

Layaknya kemarau merindu hujan. Layaknya kursi karatan yang menunggu di sebuah taman yang lengang. Hujan yang sungguh dinanti sebagai penawar rindu. Bukan hujan yang dilukiskan M. Aan Mansyur dalam cerita pendeknya.

Hujan yang justru dijadikan dalih bagi para penyelingkuh ulung untuk menyembunyikan kebohongan. Bukan pula metafora cengengnya hujan dalam cerita pendek Lan Fang. Mungkin serupa hujan tabah di bulan juli dalam puisi Sapardi Djoko Damono.

Hujan yang kerap meluruh dari kelopak mata beningmu untuk menelan pahitnya perpisahan khas telenovela. Hujan seperti itu biasanya lebih banyak berkisah dibanding bibirmu. Lebih banyak berkata dibandingkan kerling matamu.

Bukan hujan yang digirangi anak-anak yang baru belajar melewati batas pagar pengawasan orang tuanya, serupa hujan yang begitu dinanti abg labil yang tengah ke sem-sem dengan teman sekelasnya, tapi belum pandai merangkai kata manis asmara.

Bukan pula hujan yang digirangi Anggun C Sasmi-ketika salah satu media nasional menanyakan; Apa yang paling kamu sukai dalam hidup ini? "Saya menyukai hujan yang begitu setia meruapkan wangi bau tanah yang Basah," katanya.   

Wajar jika Alm. Broery Marantika mengabadikan hujan penuh romansa dalam bait lagu; "Sepanjang jalan kenangan kau peluk diriku mesra. Hujan yang rintik-rintik di awal bulan itu, menambah indahnya malam syahdu."

Betapa lekatnya hujan dalam ragam pemaknaan atas keindahan hidup. Hujan yang kerap tampil lebih metaforis daripada larik puisi. Lebih menyihir daripada mantra pelaut ulung yang tengah dirundung rindu kepada keluarganya yang menunggui cemas di lepas pantai.

Mendadak teringat puisi Al Ma'arif dalam doanya kepada Tuhan; "Janganlah hujan jika hanya akan membasahi ladangku."

Hujan yang terus membekaskan kenangan, mewakili kerinduan langit pada bumi yang terus memantik ragam pengandaian manusia atas proses pencarian makna merindu dan pencarian hikmah hidup sang salik.
 
 
Tentang Penulis
Penulis Nama : ABDUL MUTTALIB

Selain aktif sebagai awak redaksi SulbarDOTcom, dirinya juga bergiat di Teater Flamboyant


ARTIKEL TERKAIT
 
KOMENTAR
 
Tulis Komentar
Nama :
Email :
URL :
Komentar :
   
   
   
     
    Catatan :
No Ads, No Spam, No Flood please !
Mohon tidak menulis iklan, spamming dan sejenisnya.
 MAIN MENU
> Home
> How to go to SULBAR
v Accomodation :
   - Hotel
   - Rumah Makan (Restaurant)
> Obyek Wisata (Destination)
> Kalender Wisata (Event Calendar)
> Directory
> Peluang Investasi (Investment)
> Perpustakaan Online (Library)
v Pemerintahan (Gov) :
   - Aparatur Pemerintah (Gov Officer)
   - UMKM / UKM


 

 

Email : info [at] sulbar.com | Email Redaksi : redaksi [at] sulbar.com

Situs ini merupakan situs berita online independen seputar wilayah Sulawesi Barat
This site is an independent online news sites around the area of West Sulawesi

copyright © 2004 - 2023 SulbarDOTcom - http://www.sulbar.com/

Online sejak 16-okt-2004

Saat ini orang Online.
Jumlah pengunjung : 2,511,220

web server monitoring service RSS