Sulbar.com - Kabupaten Mamasa merupakan salah satu Daerah Tingkat II di Provinsi Sulawesi Barat. Luasnya ± 2.759,23 km2 dengan jumlah penduduk 125.088 jiwa yang mayoritas bekerja sebagai petani/pekebun. Mengingat sebagian besar wilayah Mamasa berada di dataran tinggi, menjadikan Mamasa sebagai salah satu wilayah yang memiliki banyak potensi, terutama di sektor pertanian, perkebunan, dan pariwisata. Potensi tersebut diprediksi dapat mengangkat perekonomian dan taraf hidup masyarakat apabila dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat dan diperhatikan oleh pemerintah setempat.
Kabupaten Mamasa kini dipimpin oleh seorang putra asli Kecamatan Mambi, Mamasa bernama Ramlan Badawi. Pada awalnya, beliau menjabat sebagai wakil bupati mendampingi Obed Nego Depparinding yang diusung partai berlambang pohon beringin berlatarkan warna kuning. Setelah Obed Nego Depparinding dinonaktifkan karena dianggap melakukan pelanggaran hukum, Ramlan Badawi ditunjuk sebagai pelaksana tugas dan tidak butuh waktu terlalu lama hingga akhirnya beliau ditetapkan sebagai Bupati Mamasa menggantikan Obed Nego Depparinding. Perjalanan politiknya pun mulus. Pada periode selanjutnya, beliau terpilih kembali menjadi bupati mamasa didampingi (alm.) Victor Paotonan dan dilantik pada 18 september 2013. Lalu, bagaimana realisasi janji beliau kepada masyarakat Kabupaten Mamasa?
Kabupaten Mamasa memiliki potensi yang besar pada sektor pertanian, perkebunan, dan pariwisata. Berbagai macam tanaman yang menjanjikan tumbuh di tanah yang digelari tanah Kondo Sapata’, seperti padi, jagung, umbi-umbian, kacang-kacangan, manggis, dan kopi. Kabupaten Mamasa juga memiliki banyak destinasi-destinasi wisata yang indah dan memukau. Namun, ada satu permasalahan dalam proses pengembangan potensi-potensi tersebut yakni buruknya infrastruktur jalan di Kabupaten Mamasa. Saking buruknya, infrastruktur jalan Kabuapaten Mamasa disebut sebagai jalan yang tak bertuan.
Hampir semua calon bupati dan/atau wakil bupati selalu menempatkan perbaikan jalan sebagai janji paling utama, termasuk bupati yang menjabat hari ini. Jalan selalu menjadi perhatian khusus masyarakat, mengingat distribusi hasil alam tidak dapat berjalan dengan baik dan sektor pariwisata pun bagai sektor indah yang merindu para pengunjung. Tak dapat dipungkiri, janji-janji manis pun bermunculan, baik dari para calon eksektutif maupun legislatif. Akan tetapi, janji-janji tersebut belum terealisasi dengan baik dan bahkan terkesan apatis dengan keadaan Kabupaten Mamasa sekarang. Sang putra asli Kecamatan Mambi, Mamasa pun pernah menebarkan janji yang sama. Janji beliau adalah ingin memperbaiki infrastruktur jalan di Kabupaten Mamasa. Hampir sebagian masyarakat pun memilihnya karena memiliki harapan besar bahwa beliau dapat merealisasikan janjinya selama lima tahun ke depan, namun faktanya infrastruktur jalan belum juga membaik sampai hari ini.
Pada tahun 2012, saya merantau ke kampung orang untuk menuntut ilmu. Pada waktu itu, jalanan yang menghubungkan Kecamatan Mambi ke ibukota kabupaten Mamasa rusak parah. Namun, ada harapan kecil melihat para pekerja bertopi kuning, berlogokan baling-baling ala Pekerjaan Umum memegang alat yang dikenal sebagai Total Station (alat pengukuran dan pemetaan jalan).
Setiap tahun, saya pulang kampung dan saya masih mendapati kegiatan yang sama sejak saya meninggalkan kampung halaman pertama kalinya. Saya menempuh pendidikan di jurusan teknik sipil pada salah satu perguruan tinggi di Sulawesi Selatan sehingga sedikit banyak saya mengetahui berapa lama seharusnya pengerjaan jalan di Kabupaten Mamasa. Saya kemudian menyimpulkan bahwa tidak ada perhatian khusus pemerintah dalam perbaikan infrastruktur jalan di Kabupaten Mamasa.
Hari ini, janji tersebut masih berada dalam ranah janji. Dehata Lita’ pun bersedih melihat jalan yang seakan tak bertuan. Masyarakat yang bermukim di sekitar jalan pun punya pekerjaan tambahan. Mereka membantu para pengendara jalan dengan senyuman penuh keikhlasan. Semoga, Pak Bupati yang terhormat mendengar suara-suara mereka. Masih ada kurang lebih dua tahun masa pengabdian untuk merealisasikan janji yang pernah disuarakan. Ingat, dosa terbesar yang sesungguhnya adalah ketika kita mengkhianati kampung halaman.
|